"PERBEDAAN MEMISAHKAN MEREKA"


Radith,kini dipertemukan oleh keadaan dimana dia harus mengambil keputusan yang tidak ia bayangkan sebelumnya. Keputusan yang ia takutkan akan mengejarnya sampai ke ujung bumi. Ia tak bisa melepaskan orang yang sangat ia sayangi itu. Dalam doanya bukan solusi penyelesaian masalah yang ia minta kepada Sang Pencipta. Ia hanya meminta satu permintaan di dalam tangis dan serunya. Ia berharap kebijaksanaan dan kesabaran.
Sejak ia mengenal Acha,hidupnya berubah dan menjadi penuh makna. Curahan hati mengalir tanpa henti dari mulut mereka. Mereka saling berbagi solusi dan saran ketika mereka sedang menghadapi masalah. Persoalan dan masalah yang mereka temui selalu terselesaikan. Mereka sangat kompak.
Kekompakan mereka teruji walau mereka baru berkenalan selama 2 bulan di bangku SMA. Mereka sangat dekat hingga teman sekelas mereka terkesan bahwa mereka berdua sangat cocok dan menyebar gosip yang ditimpakan kepada mereka berdua. Aroma toleransi sangat tercium di antara Radith dan Acha yang tentu saja mereka bukan satu kepercayaan. Mereka berbeda. Radith adalah seorang Kristiani dan Acha adalah seorang Muslim.
Seiring berjalannya waktu mereka semakin akrab. Setiap malam,Handphone selalu berdering oleh adanya SMS yang masuk dan Facebook selalu terisi oleh comment mereka yang tak pernah putus. Hingga suatu hari Tuhan mencoba dan menguji mereka. Kesesakan dilimpahkan oleh Sang Maha Kuasa kepada mereka dan tak satupun dapat menghalangi.
“Apakah kau sudah gila berhubungan dengan Acha?”, nasihat Choky,teman akrab Radith sejak kecil yang melarangnya untuk mendekati Acha. Tentu saja dengan alasan mereka berbeda kepercayaan.
Malam itu Radith menangis dan berharap Tuhan tidak akan memisahkannya dari Acha.
“Tuhan,aku sungguh tak ingin berpisah dengannya. Aku tahu Engkau tak akan menguji lebih dari kekuatanku.” Doanya. Namun seakan Tuhan memalingkan muka darinya cobaan terus datang.
Radith yang tadinya adalah orang yang ceria dan sabar,kini berubah menjadi anak pendiam. Radith tak dapat memungkiri bahwa ia tak dapat bersatu dengan orang yang selama ini menjadi penghuni hatinya.
Pada hari Jumat tepatnya, di saat hujan membasahi sekolah tempat mereka belajar,dimana sebagian besar siswa sudah pulang. Sebuah SMS dari Acha diterima oleh handphone Radith yang kebetulan saat itu dipinjam oleh Choky yang masih berada di kelas.
Sebenarnya Acha hanya mengirimkan sebuah SMS sederhana yang sebenarnya hanya ingin menyapa Radith. Tanpa diketahui oleh Radith,Choky yang saat itu bagai berkuasa atas handphone Radith,membalas SMS Acha dengan kalimat yang cukup kasar bagi Acha.
“Aku tak peduli. Mau hujan kek. Mau panas kek. I don’t care”, balasan dari Choky.
Acha yang tidak tahu bahwa yang membalas SMS adalah Choky,tidak menyangka bahwa Radith akan membalasnya dengan kalimat yang kasar. Ia kecewa, sakit hati, dan hatinya remuk.
Tiga hari mereka tak berteguh sapa. Radith tak tahu mengapa Acha diam seribu bahasa kepadanya.
“Acha,kenapa kamu diam saja. Aku punya salah ya? Please,kasih tahu aku!” Katanya kepada Acha.
”Aku gak nyangka ya kamu orangnya kasar. Kamu satu-satunya temenku yang balas SMSku dengan kasar.”
“Tapi. . .”,kata Radith menjelaskan bahwa ia tak tahu apa-apa. Namun Acha tidak mau menggubris.
Radith sangat terpukul. Ia menanggung akibat dari kesalahan yang sebenarnya tidak ia buat. Sampai akhirnya sebuah SMS diterima olehnya. SMS dari nomer yang tidak ia kenal. SMS itu bertuliskan bahwa Acha sangat membencinya.
Melihat isi dari SMS itu pikiran Radith terbuka bahwasanya ia tak akan dapat bersatu dengan orang yang ia sayangi itu. Dalam suara gemuruh hujan ia menangis dalam doanya. Dan ia pun mengambil keputusan ini. Keputusan untuk menjauhi Acha.
Di samping itu,Acha mendapat pesan dari Choky.
“Sejak Radith mengenalmu sikapnya jadi berubah. Jujur aku nggak suka kalo dia deket ama kamu. Dia slalu ngomongin kamu terus.”
“Tenang aja. Aku ama Radith Cuma bertemen. Jadi,jangan kwatir ama perubahan sikapnya. Kita Cuma teman biasa. Kalau kamu gak suka dia begitu,kenapa tanya aku?” Balas Acha dalam pesannya.
Sejak saat itu Acha menjauh dari Radith. Begitupun teman-teman Radith. Acha melarang teman-temannya untuk berbicara dengan Radith. Radith sangat kesepian dan hanya bisa diam seribu bahasa.
Namun Tuhan seakan memberi keringanan kepada Radith yang kesepian dengan memberinya seorang teman yang tersisa dan mau menjadi wadah curahan hati baginya. Dialah Dina.
Radith mencurahkan seisi hatinya, meminta saran dan melampiaskan tangisnya kepada satu-satunya teman yang ia miliki saat itu. Dina berjanji akan membantu karena ia adalah teman dekat dari Acha. Dia sangat mengerti apa yang sedang terjadi kepada mereka berdua.
“Aku tak percaya Acha akan melakukan ini terhadapku. Dia kejam. Sekarang aku kehilangan teman-teman” Kata Radith kepada Dina.
Satu kalimat terucap dari mulut Dina membangkitkan semangat Radith,”Sabar ya! Ini adalah cobaan.”
Waktu terus berputar menemani hati Radith yang terluka. Namun ia selalu menunjukan senyumnya kepada semua orang yang ia temui. “Senyum membuat orang bahagia”,katanya dalam hati. Hingga Tuhan memberi mereka kesempatan untuk saling berbicara. Walaupun melalui Facebook. Jauh dari harapan Radith yang menginginkan perbincangan empat mata.
Melalui Facebook,bukan penyelesaian yang mereka capai, namun perdebatan panjang.
“Aku ingin kamu pergi dari hidupku. Silahkan bilang ke semua orang kalau aku nih kejam. Silahkan. I don’t care! Tp jangan pikir kamu yang ngejauhin aku. Aku sudah ingin jauh dari kamu sejak kemarin-kemarin.” Kata Acha mengakhiri pembicaraan yang singkat itu.
Jangankan untuk memberi penjelasan,Radith pun tak sempat berkata,“maaf”. Memikirkan hal itu hatinya bergejolak. Ia tak membayangkan akan seperti ini jadinya.
Malam itu Radith tak dapat memejamkan mata. Untuk berdoa pun sulit baginya. Hanya piano tua yang menemaninya kala malam itu.
Kebencian Acha terhadap Radith memecah langit. Saking bencinya, tertulis di status facebook bahwa ia ingin membunuh seorang anak cowok. Yang dimaksud tentu saja Radith. Mungkin tak ada lagi kesempatan atau ampun dari Acha untuk Radith.
Radith yang tak menginginkan perpisahan seperti ini berusaha mengemis maaf pada orang yang ia sayangi itu. Terbesit bayang jika ia menjalani hari-hari tanpa Acha. Tidak,ia tak sanggup menjalani hari-harinya tanpa Acha.
Radith segera meraih handphone dan menyusun kata-kata maaf yang diperuntukan untuk Acha. Hanya tinggal menekan tombol “send” maka terkirimlah pesan itu. Namun menekan tombol itu terasa berat bagi Radith. Entah apa yang aneh,menekan tombol send tak pernah seberat ini sebelumnya.
Radith menunggu balasan dari Acha selama lima jam. Tak ada jawaban. Radith putus asa. Kehilangan Acha seperti kehilangan sebagian dari cita-citanya.
Radith memutuskan untuk online. Hitung-hitung Acha memberinya sebuah pesan lewat internet. Tak disangkanya,yang ia temukan adalah puisi dari orang yang ia cintai. Sebuah puisi yang menggejolakan pikiran dan hatinya.


Malam ini...
Pada lilin aku bertanya...
Pada bulan aku bertanya...
Pada langit hitam aq bertanya...
Mengapa dia begitu mudah memutar balikkan fakta?
Dia pikir dia sang komandan...
Bagai bendera ia berkibar..
Ia yang paling gagah..
ia paling tampan..
Lalu ia buat seisi dunia percaya..
aku mencintainya..
aku menginginkannya...
Padahal... tak sedikitpun hasratku menginginkannya...
Lalu muncullah sekawanan kabut hitam...
Bagai semak belukar mereka tajam...
Tajam mencabik dan menusuk jiwa yang rapuh ini, malam...
aku tau aq terkepung malam...
Dalam sebuah dunia saat semua memalingkan muka padaku...
saat mereka menjatuhkanku....


aku muak, malam
aku ingin mengakhiri semuanya, malam...
aku muak...
aku tak ingin lebih lama melihatnya...
Lalu ia memutar balik semuanya kembali, malam...
Ia bilang ini kehendaknya..
lagi-lagi aku yang kalah...
Ia bilang dia lagi yang paling benar!! Dia lagi yang ingin mengakhiri semuanya!! Aku lagi yg seolah keganjenan menginginkannya! Dan semua percaya! aku lah sang racun dunia!
Aku menantimu,malam...
Menantimu bicara...
Dan saat aku mulai menutup mata...
Kau berbisik di telinga..
"ini takdirmu"
Bagai tak berdaya aku terdiam...
Menyiapkan segala daya..
Saat menyambut sang surya esok tiba...
Mereka kan berkata, "Lihat dia... Sang gadis kejam telah tiba...


Radith tersenyum. Ia tersenyum dalam tangisnya. Melihat puisi yang ditujukan padanya itu. Cobaan dari Tuhan sangat mengoyak hatinya. Tak sanggup membendung lagi. Radith hanya berserah kepada Sang Pemberi hidup.
Malam itu Radith melihat sebuah foto. Dalam foto itu tergambar Radith dan Acha. Foto saat mereka melingkarkan jari kelingking tanda persahabatan yang tak akan hilang sampai maut menjemput. Melihat jari kelingking mereka di foto,Radith yakin suatu hari nanti Acha akan tersenyum kepadanya dengan wajah yang putih dan bibir merahnya.
Seusai melihat foto,Radith meletakannya di bawah bantal. Ia menangis. Menangis di dalam senyumnya.


Karya: Andrian Henry Santoso
Cerpen ini ditulis diilhami dari kisah nyatanya sendiri

Ez Area

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selalu gunakan bahasa yg baik dan santun dalam berkomentar. Jika ada pertanyaan lainnya silahkan kirim via email info.ezrafel@gmail.com