Artikel berikut direpost dari penulis http://zia214.wordpress.com/ yaitu Ziadatul Hikmiah
Sejak memenangkan Alumnae Project Award yang diadakan oleh ikatan
alumni United States, kami 19 alumni program short course Study of US
Institute Religious Pluralism 2012, berkomitmen untuk mengadakan sebuah
event yang bertajuk INTERFAITH DIALOGUE ROADSHOW: DIALOGUE IN DIVERSITY
di lima kota besar di Indonesia, salah satunya adalah di Malang.
Kebetulan, project leader untuk di Malang adalah saya, dibantu oleh
Linda (Alumni SUSI RPA 2012), tiga panitia dari SUSI RPA 2012 (Ron, Zia
Zuhdy, Kartini), dan 19 volunteer yang LUAR BIASA.
Sebenarnya, program ini sudah dikonsep dan direncanakan sejak bulan
Juni 2012. Tapi baru berasa hectic-nya sejak akhir Oktober 2012 lalu..
(dasar procrastinator..)
Sejak itu, panitia Malang kerjanya cuma rapat..rapat..dan rapat.
Menembus gerimis yang bikin Kota Malang tambah adeem di musim hujan.
Semakin dekat dengan hari-H (19-20 Jan 2013), semakin banyak pressure yg
terasa. Mulai dari masalah perijinan, berurusan dengan birokrasi yang
seperti biasa selalu bikin gemes, berurusan dengan orang-orang yang
‘sulit’, sampai kelompok-kelompok tertentu yang su’udzon alias
berprasangka buruk pada program ini, hanya lantaran ada lambang Amerika
yang nyempil di sudut kanan atas poster. Well..untungnya, kami didukung
oleh para volunteer yang solid, FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama),
dan juga rekan-rekan GusDurian Malang. No matter what, the show must go on!
Hari pertama berlangsung dengan presisi
waktu yang baik. Sebagai ketua pelaksana, selain proses berjalannya
acara, hal yang paling membuat saya concern adalah masalah
alokasi waktu. Walhasil, saya selalu mondar-mandir kesana kemari sambil
membawa-bawa run down dan selalu memberi tekanan psikologis pada
teman-teman panitia. haha! Pukul 07.00 pagi, para peserta yang telah
lolos seleksi essay telah tiba di lokasi acara dengan semangat ’45.
Begitu juga para panitia telah stand by di posisi masing-masing. Oh iya, acara ini juga diliput oleh Gajayana TV, Radar Malang, dan juga Malang Post.
Diawali dengan pembukaan oleh MC gokil, Gading Aulia, yang
mempersilakan para tamu undangan untuk memberikan sambutan silih
berganti. Yang pertama, saya memberi sambutan singkat (tapi geje),
kemudian Bapak Yazid Basthomi sebagai wakil Bapak Dekan Fak. Sastra UM,
dilanjutkan oleh Mbak Amila Ailsa sebagai perwakilan dari UNESCO yang
memberi sambutan dalam bahasa Inggris, dan juga Bapak H. Sudjoko Santoso
selaku ketua FKUB Kota Malang.
Acara selanjutnya adalah “Sekilas Tentang Dialogue in Diversity”
yang dipandu oleh cece Linda dan saya sendiri. Tujuannya adalah untuk
menyamakan persepsi para peserta, meluruskan kesalahpahaman, dan
menjelaskan kerancuan terutama masalah ‘pluralitas vs pluralisme’. Kami menjelaskan pada segenap peserta, bahwa tujuan acara ini bukanlah
untuk mencuci otak, dan menyusupkan pemahaman bahwa semua agama itu
sama-sama baik dan benar semuanya, sehingga kita bebas untuk
berpindah-pindah keimanan, tapi hanya untuk saling terbuka untuk
berdialog dan mewujudkan perasaan saling memaklumi dan memahami. Kami
menjelaskan bahwa acara ini sama sekali bukan suatu
upaya untuk merong-rong keimanan seseorang, kristenisasi, islamisasi,
atau apalah itu yang dianggap oleh orang-orang. Kami bahkan tidak akan
membahas masalah yang berkaitan dengan hukum agama, seperti bagaimana
hukumnya mengucapkan selamat natal. Kita hanya akan berdialog dalam
ruang lingkup yang umum, bersifat humanistis, mengenai permasalahan
sosial, seperti kehidupan antara teman, bertetangga, dan bermasyarakat.
Dengan dialog, perbedaan dapat dijembatani dan harapannya adalah untuk
menciptakan keadaan masyarakat yang harmonis tanpa ada prasangka.
Sesi berikutnya adalah seminar, yang dipandu oleh Kartini sebagai moderator, dengan pembicara sebagai berikut:
1. Bhante Jayamedho (Buddha)
2. Dr. I Nyoman Ruja, S.U. (Hindu)
3. Bs. Hanompramana (Konghucu)
4. Drs.H. M. Nursalim, M.Pd (Agama Islam)
5. Rm. Michael Agung Christiputra O,Carm (Katolik)
6. Pdt Ferry Raintung, M.Div (Kristen-Protestan)
Secara garis besar, para pemuka agama berbicara tentang toleransi
dari sudut pandang agama masing-masing, serta bagaimana memelihara
kerukunan antar pemeluk agama. Peserta yang sangat atentif tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini, pada saat sesi tanya jawab, lebih dari
separuh peserta mengacungkan tangannya untuk bertanya. Sebagai panitia,
kami sangat puas melihat antusiasme dan curiosity yang besar dari para
peserta. )
Ada suatu kejadian yang cukup irritating pada saat sesi
tanya jawab dengan Pdt Ferry dari Agama Kristen. Seseorang pemuda
bersendal jepit tiba-tiba mengacungkan tangan dan bertanya. Tidak
seperti peserta lainnya, mas-mas ini bertanya dengan menggebu-gebu di
luar topik yang sedang dibicarakan oleh pembicara. Ia bertanya tentang
perbedaan antara pluralitas dan pluralisme, dan bahkan menyitir
ayat-ayat Al-Quran. Jelas sekali si mas-mas tidak ikut acara ini sejak
awal. Kan tadi sudah kami jelaskan tentang itu di awal acara. Huft~ Usut
punya usut, ternyata memang mas-mas bersendal jepit itu beserta kedua
temannya bukanlah peserta di acara ini. Akhirnya, panitia dan beberapa
rekan GusDurian menemani tamu kami itu berdiskusi di luar ruangan.
Semuanya dapat diatasi dengan baik, tanpa mengganggu aktivitas dan
stabilitas acara. Baik panitia maupun peserta sama sekali tidak terpecah
konsentrasinya karena kejadian ini.
Kejadian tersebut justru dapat memberi warna yang berbeda pada acara
ini. Perbedaan pendapat yang terjadi di dalam forum merupakan contoh
riil situasi yang terjadi di masyarakat secara luas. Ya memang seperti
itulah Indonesia. Seperti itulah orang-orangnya. Ada yang toleran, ada
yang kurang bisa toleran. Ada yang menerima perbedaan, ada yang tidak
suka dengan perbedaan. Satu hal yang dapat disimpulkan, perbedaan
pendapat memang merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan. Perbedaan
akan menjadi indah saat semua pihak menempatkan dirinya sejajar dengan
yang lain. Kalau sudah merasa benar sendiri, sudah tidak bisa
mendengarkan pendapat orang lain, hmm..mending hidup sendirian saja di
gurun Sahara. hihihi..
Seusai
sesi seminar bersama keynote speakers dari 6 agama yang beragam,
peserta dihibur dengan 3 penampilan Stand-up Comedy yang gokil banget.
Nama-nama comicnya ada Omesh, Arif, dan Ari. Mereka adalah kawan-kawan
dari Stand-up Comedy Malang yang membuat hadirin bertepuk tangan riuh
sambil ketawa-ketiwi. Dilanjutkan dengan accoustic performance dari The
Silly Story, bintang radio yang beranggotakan Nizar, Wigik, dan Aryo
yang bikin suasana sore semakin santai dan akrab, ditambah dengan ICE
CREAM Party! yang telah disediakan khusus untuk peserta oleh Lely,
koordinator konsumsi kami.
Nah, sesi terakhir adalah sesi fishbowl dialogue yang sudah
dinanti-nantikan peserta sejak pagi. Sebelumnya, cece Linda menerangkan
secara singkat tata cara alias ‘aturan main’ dalam berdialoge ala fishbowl dialogue. Ada 9 sila yang wajib diterapkan dalam melakukan dialog. Di antaranya, tujuan dialog adalah murni untuk bertukar ilmu pengetahuan dan saling belajar. Selain itu, setiap peserta dialog wajib menempatkan dirinya sejajar dengan yang lain,tidak saling menggurui dan merasa digurui. Peserta dialog juga harus siap mendengarkan dan juga didengarkan oleh lawan bicaranya, dan masih banyak lagi..
Peserta dikelompokkan menjadi 16 kelompok kecil yang masing-masing
terdiri dari 5 hingga 6 peserta, dengan satu panitia pendamping atau
fasilitator di setiap kelompok.
FIshbowl dialogue
merupakan ajang bagi peserta untuk saling bertukar pikiran, pendapat,
dan bahkan perasaannya. Dalam sesi ini, peserta lebih bebas bertanya
pada teman satu kelompoknya, bahkan tak segan untuk menanyakan hal-hal
yang sensitif, yang tidak pernah ditanyakan sebelumnya. Seperti yang
ditanyakan seorang peserta yang beragama Islam pada rekannya yang
memeluk agama Buddha, “Bagaimana perasaanmu apabila saat kamu meditasi,
tiba-tiba terdengar suara adzan yang keras?”, atau hal-hal seputar
kehidupan bermasyarakat lainnya.
Diskusi fishbowl dibagi menjadi tiga sesi. Masing-masing sesi memiliki tema tersendiri, yaitu:
1. Sesi pertama: Stereotype apa yang dikatakan orang-orang tentang
agamamu yang membuatmu sedih? Dah hal-hal apa sajakah yang mebuatmu
bangga akan agamamu?
2. Sesi kedua: Toleransi dengan teman-teman dan tetangga yang berbeda agama.
3. Sesi ketiga: Menyikapi perbedaan. Menanggapi kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki prinsip yang berbeda dengan yang kamu miliki.
Para peserta dan masing-masing fasilitator kelompok segera terlibat
dalam obrolan yang asyik dan seru. Bahkan panitia merasa kesulitan untuk
menghentikan diskusi para peserta yang sangat antusias dan rasa
keingintahuan yang sangat tinggi. Di akhir sesi, saya dan Linda yang
berperan sebagai pemandu dialog menanyakan pendapat beberapa peserta.
Para peserta berpendapat bahwa harmoni dapat terjadi apabila kita
menghargai perbedaan. Kita harus tetap memeluk erat prinsip-prinsip dan
agama kita, namun tetap bisa berjalan bergandengan tangan dengan kawan
kita yang berbeda prinsip. Salah satu peserta mengutarakan bahwa pluralitas
di Indonesia itu bukan seperti jus yang dicampur menjadi satu dan
menghasilkan rasa yang sama, melainkan ibarat rujak buah yang lezat
dengan rasa-rasa buah yang bermacam-macam sehingga menjadi sangat nikmat. Slurp~! :9
Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan dalam dewasa ini semakin berkembang pesat seiring dengan perubahan era global...
-
Ini ada tips cara mengganti nama akun Facebook yang sudah penuh/limited karena sudah full/10x pergantian nama akun, atau error atau apa saj...
-
Berikut adalah contoh program C++ sederhana dan Flowchart untuk menghitung honor karyawan yang memanfaatkan operator, operasi pengkondisian...
-
Pada pembahasan kali ini, saya akan menawarkan pada anda semua tentang program yang cukup digemari bagi para Hacker tingkat Lammer maupun Sc...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selalu gunakan bahasa yg baik dan santun dalam berkomentar. Jika ada pertanyaan lainnya silahkan kirim via email info.ezrafel@gmail.com