Big Project: CINTA Interfaith Malang (day#2)

Artikel berikut direpost dari penulis  http://zia214.wordpress.com/ yaitu Ziadatul Hikmiah

Setelah melewati hari pertama yang exceed expectation, tibalah di hari kedua program CINTA Indonesia Interfaith Dialogue Roadshow: Dialogue in Diversity. Agendanya adalah field trip, alias wisata rohani hehe.. kami semua akan berkunjung ke rumah-rumah peribadatan dari 6 agama yang berbeda. Mulai dari Kelenteng, Gereja Katolik, Gereja Kristen, Pondok Pesantren, Vihara, dan juga Pura.
Banyak yang bertanya, bagaimana hukumnya berkunjung ke rumah-rumah ibadah agama lain? Haram kah? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang membuat beberapa peserta ragu. Namun, pada hari pertama, Bapak Drs. H. M. Nursalim, M.Pd dari agama Islam telah menjelaskan di depan forum, bahwa toleransi boleh diartikan seluas-luasnya kecuali dalam urusan akidah dan ibadah. So, kalau niatnya untuk belajar dan menambah pengetahuan ya sah-sah saja. Asalkan tidak datang ke rumah ibadah agama lain, lantas ikut sembahyang, ikut misa, atau kebaktian di sana.
Pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Jangan menutup diri seperti katak dalam tempurung, lantas membuat asumsi-asumsi ngawur yang hanya didasarkan pada “katanya si anu…” atau “biasanya memang begitu..” Maka dari itu, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, kita harus membuka diri untuk belajar hal-hal baru. Saya saja kepengen tahu, apa sih sebenarnya yang dilakukan para bikkhu dan bhante saat beribadah di bawah naungan pagoda? Apa sih sebenarnya yang dipelajari santri-santri di pesantren setiap hari?
So..mari kita ikuti perjalanan hari kedua Interfaith Troopers!
Hujan yang membasuh Kota Malang di kala subuh menyisakan suasana yang segar di pagi yang berkabut tipis. Para panitia dan peserta sengaja datang lebih awal untuk mempersiapkan diri. Semuanya, baik peserta maupun panitia memakai kaos putih berlambangkan CINTAIndonesia. Terlihat kompak dan serasi.
Peserta yang ON FIRE memulai pagi dengan disapa oleh MC Gading Aulia yang tetap gokil dan semakin bersemangat memandu para peserta. Bahkan, salah satu peserta yang bernama Asa turut menghangatkan pagi dengan suara emasnya menyenandungkan campur sari. Disusul dengan senam sehat ala Bagus, salah satu peserta yang sangat enerjik. Setelah beberapa saat mencairkan suasana, seluruh rombongan bergerak menuju tempat-tempat tujuan dengan mengendarai 4 bus sedang yang telah diatur sesuai pembagian kelompok fishbowl. Tujuanya, agar peserta dapat lebih mengakrabkan diri dan tetap melanjutkan dialog di luar forum.
Image
Nah, jadwal tour untuk hari kedua adalah sebagai berikut:
1. Kelenteng Eng An Kiong
2. Gereja Katolik Ijen
3. Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW-Talun)
4. PP. Syabilurrosyad-Gasek
5. Vihara Dhammadipa Arama-Beji
6. Pura Giri Arjuna-Batu

Kelenteng Eng An Kiong

Bs. Hanom menerima kedatangan kami semua, dan memberi penjelasan dengan amat menarik tentang hal-hal yang ada di kelenteng. Kebanyakan peserta, dan juga saya sendiri masih sangat asing dengan agama Konghucu. Saya tidak tahu konsep ketuhanannya seperti apa, dan cara beribadatnya seperti apa. Itulah sebabnya para peserta sangat antusias bertanya. Bahkan, waktu satu jam yang disediakan terasa sangat singkat. Rencananya kami akan berkeliling ke setiap sudut kelenteng, tapi baru sampai di ruangan ketiga, waktunya sudah habis. :’)
ImageImage
Image

Gereja Katolik Ijen

Kemudian, rombongan meneruskan perjalanan ke Gereja Katolik Ijen. Di sana sudah disambut oleh Romo Yatno yang menerima pertanyaan-pertanyaan ambisius dari para peserta. Para peserta tidak hanya bertanya seputar agama Katolik, tapi juga tentang hal-hal apa saja yang ada di dalam gereja. Di sepanjang dinding sebelah kanan dan kiri ada sederet lukisan yang berkisah tentang peristiwa penyaliban Yesus. Lukisannya sudah tua sekali, sudah hampir seratus tahun. Wow..
ImageImageImageImage

Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)
Selanjutnya kami berkunjung ke Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di daerah Talun. GKJW telah mempromosikan tentang toleransi dan pluralitas sejak puluha tahun yang lalu, dan menjalin hunungan yang sangat baik dengan Alm. Gus Dur. Tentang bangunannya, gereja ini cukup unik. Tampak luarnya berbentuk joglo kayu yang terlihat kuno dan antik. Di dalam gereja ada sebelas pilar kayu jati sebagai simbol sebelas murid Yesus. Di altar terdapat tulisan dengan menggunakan aksara jawa. Gereja ini merupakan hasil asimilasi Agama Kristen dengan budaya Jawa Timur. Pdt Sis dan para staf yang ‘gaul’ menyambut pertanyaan-pertanyaan para peserta dengan penuh semangat. Bahkan, saat penyerahan vandel, Pdt Sis ‘bersalaman’ secara gaul dengan saya.. *tossss!*
ImageImageImage

Pondok Pesantren Syabilurrosyad

Assalamualaikum wr.wb. Hari sudah menunjukkan pukul 12 tengah hari. Dalam keadaan yang sudah mulai lelah, rombongan CINTA Interfaith menuju PP. Syabilurrosyad dan beristirahat di sana sambil Sholat dhuhur. Ternyata kawan-kawan santriwan dan santriwati PP Syabilurrosyad telah mempersiapkan acara penyambutan dan bahkan menyediakan makanan kecil untuk kami, seolah faham bahwa kami datang dengan perut lapar. hehe.
Image
Image
Kami bisa bersantai sejenak sambil mendengarkan tausiyah dari Kyai dan Ustad pengurus pondok. Pada saat sesi tanya jawab, ada pertanyaan yang cukup menggelitik dari salah seorang peserta yang bernama Hermanto. Ia bertanya, apakah dalam islam ada semacam “sertifikasi” bagi orang yang akan masuk Islam? Atau hanya semudah mengucapkan syahadat? hehe.ada-ada saja..Image

Vihara Dhammadipa Arama

Namo Buddhaya.. Sambil menyantap makan siang (darurat), bus melaju ke arah barat. Naik menuju Kota Batu. Our next destination is Vihara Dhammadipa Arama. Peserta yang tadinya bersemangat mulai ‘tumbang’ karena kelelahan (dan kekenyangan) di dalam bus.. v^_^
Image
Hujan deras mengiringi rombongan kami menuju ke Vihara. Di sana, para Samanera dan Bhante Jayamedho telah siap menerima kedatangan kami. Kemudian peserta diajak berkeliling vihara, melihat megahnya pagoda emas yang bikin suasana serasa ada di Myanmar atau Srilanka, melihat-lihat museum yang interaktif dan sangat informatif, mengunjungi kompleks tempat meditasi, dlsb. Khusus di area meditasi, kami dilarang untuk berbicara atau mengeluarkan suara gaduh. Takutnya nanti mengganggu konsentrasi para samanera dan Bhante yang sedang meditasi.
Image
Karena kompleks viharanya ternyata sangaaat luas, panitia sempat kesulitan mengumpulkan peserta. Padahal waktu sudah semakin sore, dan kami masih punya tujuan terakhir yaitu Pura Giri Arjuna. Yaaaak! Setelah beberapa saat akhirnya kami berpamitan. Bhante Jayamedho secara khusus menghadiahi saya dan Mas Gading sebuah buku. Terima kasih, Bhante..Semoga Bermanfaat.
Pura Giri Arjuna
Om Swasti Astu. Hari sudah semakin sore. Hujan masih setia menemani perjalanan rombongan kami. Tujuan selanjutnya, kami akan naik-naik ke puncak gunung (almost literally) menuju lereng gunung Arjuno. Di sanalah lokasi Pura Giri Arjuna, pura dengan kapasitas 3000 ‘jemaat’. Namun, karena medan yang menanjak dan berliku-liku, perjalanan memakan waktu yang cukup lama, menyusuri lereng gunung dan hamparan kebun apel yang cantik. Sayangnya, hanya 2 bus yang ‘berhasil’ sampai di lokasi Pura. Bus ketiga mengalami masalah, sehingga menghalangi bus keempat untuk melaju. Waaah.. kalau diingat-ingat saya sudah hampir kena serangan panik gara-gara itu. Entah apa yang akan terjadi saya hanya bisa berdoaaaaaaaaaa dan terus berdoa. Untungnya, para peserta menyikapi hal ini dengan penuh pengertian dan mungkin bahkan lebih tenang daripada saya.
Image
Saya sangat menyesal dan menyayangkan rekan-rekan peserta dan panitia yang tidak berhasil sampai di lokasi pura. Sunsetnya itu lo..Subhanallah.. Benar-benar seperti kahyangan di atas awan. Sesekali terdengar suara siulan angin gunung, khas sekali. Mengingatkan saya waktu mendaki Arjuno beberapa tahun silam.
Di sana kami disambut oleh Resi, dan Bapak-bapak dari Parisade Hindu Dharma Kota Batu. Salah satu dari mereka menyampaikan ulasan tentang Agama Hindu dengan amat menarik. Beliau mengingatkan bahwa sebagai Bangsa Indonesia kita ini bersaudara. Tidak peduli warna kulit, agama, pendidikan, latar belakang, dan lain-lain. Kata ‘saudara’ sendiri menurut beliau berasal dari kata “sa” yang artinya ‘satu’, dan “udara”. Jadi kata ‘saudara’ dimaknai orang-orang yang menghirup udara yang sama, kemudian udara yang sama tersebut dihirup, masuk ke dalam tubuh, ke aliran darah. Sehingga sejatinya setiap manusia disatukan oleh suatu unsur yang sama. Ulasan yang begitu menarik membuat para peserta betah berlama-lama meskipun udara cukup dingin, dan hari mulai malam.
ImageImage
Daaan..
Sekarang waktunya kami kembali ke venue untuk upacara penutupan. Di sana kami akan mengumumkan siapakah peserta terbaik untuk menjadi Interfaith Ambassador yang akan mewakili Malang di acara puncak di Jakarta Februari nanti.
Image
Dag.dig.dug.
Terpilihlah lima besar peserta, antara lain Eflina, Amadeuz, Vika, Arsyad, dan Hermanto. Jeng jeng..Akhirnya, terpilihlah Arsyad untuk menjadi Interfaith Ambassador dari Kota Malang. Sistem penilaiannya, yang pertama adalah berdasarkan essay. Selain itu kami juga mempertimbangkan keaktifan dan antusiasme peserta selama jalannya acara.
Selamaaaaat..untuk Arsyad, dan juga para peserta CINTA Interfaith Malang. Saya yakin, mereka adalah peserta terbaik yang pernah ada. Para volunteer juga sangat solid. Saya tidak bisa apa-apa tanpa mereka.. (kok jadi kaya pidato penerima award..==’)
Well, that’s a wrap! Semoga acara ini berkesan dan bermanfaat. Sampai jumpa di project selanjutnya.
C-I-N-T-A!!! Yeaaah..
Image

Ez Area

2 komentar:

  1. senangnya kak....
    bisa ikut pastisipasi acara ini ^^

    BalasHapus
  2. iya kan sebagai generasi muda yg baik, kan harus ikut berpartisipasi dalam menjaga hubungan toleransi antar sesama :)

    BalasHapus

Selalu gunakan bahasa yg baik dan santun dalam berkomentar. Jika ada pertanyaan lainnya silahkan kirim via email info.ezrafel@gmail.com