Semboyan negeri
kita Bhineka Tunggal Ika - Berbeda tapi bersatu. Nyatanya persatuan negeri ini sering dikoyak oleh
kita sendiri atas nama suku, ras, golongan, dan agama. Kelompok agama satu
menyerang kelompok agama lain. Mahasiswa menyerang mahasiswa.
Ketika ada peristiwa yang menelan korban (seperti
kasus Afriyani), kita beramai-ramai menghakimi pelakunya. Sebaliknya ketika
pelakunya keluarga sendiri, maka mati-matian membelanya.
Masalah uang parkir 1000 rupiah sudah cukup alasan
untuk saling menyerang dan membunuh. Senggolan sepeda motor bisa menyulut
perang antar kampung. Perselisihan di pasar bisa menjelma perang antar suku. Ternyata
persatuan kita hanya semboyan.
Bahkan kekerasan umat beragama yang dilakukan oleh Kelompok-kelompok
agama”Radikal”. anehnya mereka tenar karena menggunakan ikon Agama untuk melecehkan agama orang lain, dan aksi-aksi brutal
mereka. Sangat mengenaskan jika Agama digunakan sebagai kendaraan untuk
merusak persatuan dan kesatuan negara Indonesia atau misalnya salah satu
organisasi massa agama yang mengatakan jika tidak memilih partai politik yang
mereka rekomendasikan maka kelak neraka yang didapatnya. Lalu, pertanyaan yang
muncul. Dimana kloning tokoh Abdurahman Wahid, Nurcholish madjid yang lantang
meneriakan Pluralisme/pluralitas! Agama
adalah hak pribadi, tak boleh sampai anda atau saya sekalipun menentang orang
untuk beribadah sesuai dengan apa yang mereka yakini. Tapi seberapa’
bebaskah’ menjalankan perintah Agama Di Indonesia ?
Kita hidup di Negara Indonesia yang menjamin
penuh warga negaranya untuk menyakini apa yang patut mereka yakin(menurut versi
mereka) tapi manusia Indonesia sekarang terbiasa menggunakan “Kacamata Kuda” dalam melihat berbagai
persoalan. Tidak jernih berpikir, gampang memberi cap atau label, tidak punya
timbang rasa, dan emosi gampang terbakar.
Tak ada sekalipun agama yang mengajarkan untuk
melecehkan atau kepercayaan lainnya, Nabi Muhammad pun ketika ada seorang
Yahudi di Mekah tetap saling tolong menolong, bahkan tak mewajibkan pajak untuk
mereka.
Peristiwa penusukan Pendeta, perusakan rumah ibadah,
atau aksi pelarangan Syiah di Madura. Apakah itu wajah Indonesia kita? Seperti
inikah ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang di bangga-banggakan Om Obama saat pidatonya?
Dan inikah Indonesia yang mencintai perbedaan? Ini bukanlah hal sepele dan
sebelah mata, karena ini menyangkut seseorang yang menjalin hubungan vertikal
dengan Tuhan. Jujur, walaupun saya buta soal Agama, walaupun pengetahuan agama
saya minim, tapi saya yakin 10000%
bahwa setiap agama mengajarkan konsep kasih sayang antar umat manusia ! .
Saya sangat mengapresiasi dengan diselenggarakannya
CINTAindonesia(Committee for interfaith Tolerance in Indonesia). Apalagi ini
ajang pertama kali saya untuk dapat hadir berdialog dengan seluruh umat
beragama di Kota Malang. Bahkan 1 hari sebelumnya ketika saya menjelaskan ke
kawan soal kegiatan ini, beliau mengatakan bahwa acara ini adalah ajang “Brain wash”(mungkin kalian sudah paham)
tapi lihat? Saya merasakan banyak sekali manfaatnya, karena akhirnya dapat
berdialog dengan agama khong hu cu, Kristen, katholik, hindu dan budha. Ya,
hanya sekedar menanyakan
pertanyaan-pertanyaan yang selama ini saya pendam. Saya sepakat dengan pernyataan
mbak Zia selaku Project leader
CintaIndonesia Malang yang mengatakan bahwa ini adalah kesempatan emas teman-teman untuk menanyakan segala hal yang
selama ini kita pendam agar kelak tidak
menjadi asumsi-asumsi belaka yang
khawatirnya bakal membuat kita jadi orang”Berkacama kuda”. Semua orang
memiliki pendapat masing-masing tentang kenapa dia beragama, bahkan dalam
kelompok kecil yang di dampingi kak Kartini L Makmur saat itu. Awalnya saya berpikir bahwa
kelompok dialog kecil yang semuanya beragama Islam bakal berjalan datar tapi
asumsi itu salah besar! Karena dalam kelompok kecil saya pun yang ke semuanya beragama
Islam memiliki pandangan dalam beragama Islam versinya. Jadi? Untuk apa kita takut
untuk coba terbuka memahami agama lainnya tapi tetap berprinsip. karena
jangan menilai sesuatu dari apa yang kamu lihat saja. Banyak yangg tak
kamu lihat, dan itu yg sebenarnya berarti.
Saya
cuman ingin berpesan bahwa sekali lagi kita hanya berdiskusi dan saya
yakin
10000% setelah acara ini pun tidak ada yang berpindah agama malah
membuat saya berpacu untuk mnejadi muslim yang taat. Karena tujuan
acara ini agar kita terbuka untuk tetap menyakini prinsip yang sudah
kita pilih!
Saya lahir dan besar di Papua walaupun agama saya minoritas kami sangat
menghormati dan menghargai dalam sudut pandang sosial bukan aqidah.
Karena kami
percaya bahwa kalo bukan kita siapa lagi. Kalo gak sekrang kapan lagi.
With
loveJ
Semoga hari kedua CintaIndonesia Malang yang diagendakan berkunjung ke tempat-tempat ibadah dapat membuat saya serta generasi-generasi muda lainnya dapat berpikir jernih bahwa toleransi umat beragama itu PENTING! Entah kamu A, B atau C. jadi ayo kita tunjukan donk ke Dunia bahwa Indonesia benar-benar mencintai keberagamaan untuk bertoleransi!
Mungkin sedikit meminjam kata-kata dari Gus Dur:” Tidak
penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik
untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.”
Arsyad Azizi
Iriansyah/ twitter @justarsyad, Universitas Brawijaya. Peserta Cintaindonesia
Malang. terima kasih banyak panitia yang sudah bersusah payah mengadakan acara ini. Kalian luar biasa!
02.02 am. Minggu
pagi. GoodLuck untuk kegiatan hari ini kawan-kawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selalu gunakan bahasa yg baik dan santun dalam berkomentar. Jika ada pertanyaan lainnya silahkan kirim via email info.ezrafel@gmail.com