#Cintaindonesia edisi Malang. Kenapa harus takut Dialog antar umat beragama?(Coretan hari pertama CintaIndonesia)

Apa gunanya Burung Garuda mencengkram pita putih bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika” jika untuk menghargai perbedaan pun terasa amat sulit? –Arsyad Azizi Iriansyah-
Doc: google

Semboyan negeri kita Bhineka Tunggal Ika - Berbeda tapi bersatu. Nyatanya persatuan negeri ini sering dikoyak oleh kita sendiri atas nama suku, ras, golongan, dan agama. Kelompok agama satu menyerang kelompok agama lain. Mahasiswa menyerang mahasiswa.


Ketika ada peristiwa yang menelan korban (seperti kasus Afriyani), kita beramai-ramai menghakimi pelakunya. Sebaliknya ketika pelakunya keluarga sendiri, maka mati-matian membelanya.


Masalah uang parkir 1000 rupiah sudah cukup alasan untuk saling menyerang dan membunuh. Senggolan sepeda motor bisa menyulut perang antar kampung. Perselisihan di pasar bisa menjelma perang antar suku. Ternyata persatuan kita hanya semboyan.


Bahkan kekerasan umat beragama yang dilakukan oleh Kelompok-kelompok agama”Radikal”. anehnya mereka tenar karena menggunakan ikon Agama untuk melecehkan agama orang lain, dan aksi-aksi brutal mereka. Sangat mengenaskan jika Agama digunakan sebagai kendaraan untuk merusak persatuan dan kesatuan negara Indonesia atau misalnya salah satu organisasi massa agama yang mengatakan jika tidak memilih partai politik yang mereka rekomendasikan maka kelak neraka yang didapatnya. Lalu, pertanyaan yang muncul. Dimana kloning tokoh Abdurahman Wahid, Nurcholish madjid yang lantang meneriakan Pluralisme/pluralitas! Agama adalah hak pribadi, tak boleh sampai anda atau saya sekalipun menentang orang untuk beribadah sesuai dengan apa yang mereka yakini. Tapi seberapa’ bebaskah’ menjalankan perintah Agama Di Indonesia ?


Kita hidup di Negara Indonesia yang menjamin penuh warga negaranya untuk menyakini apa yang patut mereka yakin(menurut versi mereka) tapi manusia Indonesia sekarang terbiasa menggunakan “Kacamata Kuda” dalam melihat berbagai persoalan. Tidak jernih berpikir, gampang memberi cap atau label, tidak punya timbang rasa, dan emosi gampang terbakar.


Tak ada sekalipun agama yang mengajarkan untuk melecehkan atau kepercayaan lainnya, Nabi Muhammad pun ketika ada seorang Yahudi di Mekah tetap saling tolong menolong, bahkan tak mewajibkan pajak untuk mereka.


Peristiwa penusukan Pendeta, perusakan rumah ibadah, atau aksi pelarangan Syiah di Madura. Apakah itu wajah Indonesia kita? Seperti inikah ‘Bhinneka Tunggal Ika’ yang di bangga-banggakan Om Obama saat pidatonya? Dan inikah Indonesia yang mencintai perbedaan? Ini bukanlah hal sepele dan sebelah mata, karena ini menyangkut seseorang yang menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan. Jujur, walaupun saya buta soal Agama, walaupun pengetahuan agama saya minim, tapi saya yakin 10000% bahwa setiap agama mengajarkan konsep kasih sayang antar umat manusia ! .


Saya sangat mengapresiasi dengan diselenggarakannya CINTAindonesia(Committee for interfaith Tolerance in Indonesia). Apalagi ini ajang pertama kali saya untuk dapat hadir berdialog dengan seluruh umat beragama di Kota Malang. Bahkan 1 hari sebelumnya ketika saya menjelaskan ke kawan soal kegiatan ini, beliau mengatakan bahwa acara ini adalah ajang “Brain wash”(mungkin kalian sudah paham) tapi lihat? Saya merasakan banyak sekali manfaatnya, karena akhirnya dapat berdialog dengan agama khong hu cu, Kristen, katholik, hindu dan budha. Ya, hanya sekedar  menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini saya pendam. Saya sepakat dengan pernyataan mbak Zia selaku Project leader CintaIndonesia Malang yang mengatakan bahwa ini adalah kesempatan emas teman-teman untuk menanyakan segala hal yang selama ini kita pendam agar kelak  tidak menjadi  asumsi-asumsi belaka yang khawatirnya bakal membuat kita jadi orang”Berkacama kuda”. Semua orang memiliki pendapat masing-masing tentang kenapa dia beragama, bahkan dalam kelompok kecil yang di dampingi kak Kartini L Makmur saat itu. Awalnya saya berpikir bahwa kelompok dialog kecil yang semuanya beragama Islam bakal berjalan datar tapi asumsi itu salah besar! Karena dalam kelompok kecil saya pun yang ke semuanya beragama Islam memiliki pandangan dalam beragama  Islam versinya. Jadi? Untuk apa kita takut untuk coba terbuka memahami agama lainnya tapi tetap berprinsip. karena  jangan menilai sesuatu dari apa yang kamu lihat saja. Banyak yangg tak kamu lihat, dan itu yg sebenarnya berarti.



Doc:google


Saya cuman ingin berpesan bahwa sekali lagi kita hanya berdiskusi dan saya yakin 10000% setelah acara ini pun tidak ada yang berpindah agama malah membuat saya berpacu untuk mnejadi muslim yang taat. Karena tujuan acara ini agar kita terbuka untuk tetap menyakini prinsip yang sudah kita pilih! Saya lahir dan besar di Papua walaupun agama saya minoritas kami sangat menghormati dan menghargai dalam sudut pandang sosial bukan aqidah. Karena kami percaya bahwa kalo bukan kita siapa lagi. Kalo gak sekrang kapan lagi. With loveJ


Semoga hari kedua CintaIndonesia Malang  yang diagendakan berkunjung ke tempat-tempat ibadah dapat membuat saya serta generasi-generasi muda lainnya dapat berpikir jernih bahwa toleransi umat beragama itu PENTING! Entah kamu A, B atau C. jadi ayo kita tunjukan donk ke Dunia bahwa Indonesia benar-benar mencintai keberagamaan untuk bertoleransi!

Mungkin sedikit meminjam kata-kata dari Gus Dur:” Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.”

Arsyad Azizi Iriansyah/ twitter @justarsyad, Universitas Brawijaya. Peserta Cintaindonesia Malang. terima kasih banyak panitia yang sudah bersusah payah mengadakan acara ini. Kalian luar biasa!
02.02 am. Minggu pagi. GoodLuck untuk kegiatan hari ini kawan-kawan

Ez Area

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selalu gunakan bahasa yg baik dan santun dalam berkomentar. Jika ada pertanyaan lainnya silahkan kirim via email info.ezrafel@gmail.com